Wednesday, September 22, 2004

helping hand ...

Story below is taken from post-bomb blast in front of Australian Embassy last week.
There are still people with golden hearts out there....
-----------
Dia Membopongmu, Nunuk...PANDANGAN pria bertopi hitam itu nanar. Wajahnya tegang mengeras. Kedua tangannya membopong Elizabeth Manuela Babina Muzu alias Nunuk, 5 tahun, yang penuh luka. Setengah berlari dia menyibak kerumunan massa. Wartawan mengabadikan aksinya. Foto itu esoknya menghiasi halaman depan media massa.
m
Siapa pria penolong itu? Manuel Muzu, ayah Nunuk, pria asal Italia, mencarinya ke mana-mana. Diantar mobil Toyota Kijang, sembari menenteng koran buram yang memuat foto itu, Manuel menyusuri kawasan Kuningan, Jakarta. Kerumunan tukang ojek di depan kampus Perbanas hanya menggeleng ketika disodori gambar itu.Jawaban sama didapat dari tukang ojek di samping Rumah Sakit MMC. Wartawan Gatra juga berupaya mencari pria yang menolong Nunuk itu. Pedagang kaki lima di sekitar Kedubes Australia tidak ada yang mengenalnya. "Mungkin orang jauh yang kebetulan lewat," kata seorang tukang ojek di depan kampus Perbanas.Seorang petugas satpam Kedubes Australia mengatakan, pria itu adalah anggota Brimob. Memang, perawakan laki-laki berkumis itu kekar. Tapi, ketika ditanyakan pada anggota pasukan Brimob yang berjaga di kantor perwakilan Australia itu, mereka serempak menggeleng. "Bukan anggota kami," kata seorang dari mereka.Lalu, siapa pria yang menolongmu, Nunuk?
m
Titik terang muncul ketika seorang tukang ojek di samping Rumah Sakit MMC mengaku lupa-lupa ingat dengan wajah pria itu. Dia mengundang teman-temannya untuk mencoba menggali ingatan. "Sepertinya pekerja proyek di Pasar Festival," katanya. Yang lain menimpali bahwa pekerja di proyek itulah yang pertama kali berlari menuju lokasi setelah ledakan.
m
Akhirnya Gatra bertemu dengan Achmad Usman. Ya, inilah dia. Pria berusia 37 tahun ini adalah teknisi saluran udara air conditioner di lantai dasar Pasar Festival, 300 meter dari Kedubes Australia. Achmad sedang asyik bekerja ketika tiba-tiba ada suara ledakan."Tubuh saya bergetar. Saya kira ada lift jatuh," katanya. Ayah empat anak itu kontan menghambur keluar bersama teman-temannya. Pekerja PT Trikarsa itu mendekati lokasi ledakan. Ia mendapati tubuh-tubuh sudah bergelimpangan di jalanan. Bau bahan kimia menyengat hidung.Achmad Usman berusaha menolong orang-orang yang terluka. "Kami dahulukan yang hidup," katanya. Ketika itu, dia melihat teman-temannya tengah menolong korban bertubuh besar. "Saya berusaha membantu karena kelihatan berat," katanya.
m
Saat itulah matanya mengarah pada Nunuk, bocah cilik yang penuh luka.Saat itu sebenarnya sudah ada orang yang memangku Nunuk. "Orang itu saya dengar berteriak minta tolong," ia menjelaskan. Bocah itu lantas direngkuhnya dalam gendongan. "Saya memilih jangan sampai menyentuh lukanya," katanya. Karena itu, dia menyangga bagian kaki dan leher.Saat itu, Nunuk pingsan. Pria asal Mangga Besar, Jakarta Barat, ini membopong Nunuk ke sebuah mobil, karena mengira bocah cantik itu telah meninggal.
m
Begitu dibaringkan di jok mobil, tiba-tiba Nunuk bergerak. Matanya terbeliak, tubuhnya mengejang."Mama, Mama...," Nunuk merintih lemah.Pria yang membopongnya teringat anaknya yang tak tertolong.Kontan air mata Achmad berlinang. "Mirip saat anak saya akan meninggal," katanya dengan raut muka sedih. Menurut dia, saat itu putri bungsunya baru berusia tiga bulan. Tiba-tiba sakit panas, dan kejang. "Matanya terbeliak persis dia," katanya. Saat itu, dia terlambat membawa anaknya ke rumah sakit.Tidak mau kehilangan "anak" kedua kalinya, Achmad menggendong Nunuk kembali, dan setengah berlari menuju rumah sakit terdekat. "Allahu Akbar!" teriaknya berulang-ulang. Orang-orang yang berkerumun menepi memberi jalan. Orang-orang yang bergerombol di depan rumah sakit juga memberi jalan. Akhirnya Nunuk dibaringkan di ruang gawat darurat. Saat itu, Achmad baru sadar tangannya yang tadi menyangga leher Nunuk berlepotan darah.
m
Sore harinya, ketika pulang kerja, Achmad langsung menuju pusara anaknya. "Saya berdoa di sana," katanya. "Jika Nunuk hanya akan menjadi beban keluarga, silakan ambil, ya, Allah. Namun, jika dia kelak berguna bagi keluarganya, maka selamatkanlah." Sejak itu, Achmad selalu terbayang pada Nunuk. "Anak itu selamat nggak, ya?" tanya Achmad kepada Gatra.
"Alhamdulillah," katanya bersyukur ketika diberitahu bahwa Nunuk dirawat di Singapura.
..Gatra